Logo Header

Tingkatkan Kecerdasan Anak Penyandang Tuna Grahita, Dosen UNM Pakai Metode Permainan Puzzle

Redaksi
Redaksi Selasa, 26 Oktober 2021 04:10
Tingkatkan Kecerdasan Anak Penyandang Tuna Grahita, Dosen UNM Pakai Metode Permainan Puzzle

WAJAHINDONESIA.CO.ID, MAKASSAR – Permainan puzzle adalah permainan yang ramah anak, bahkan puzzle dipercaya memiliki banyak nilai edukatif. Tingkat kesulitan puzzle juga bisa dimodifikasi menyesuaikan perkembangan psikologi dan kecerdasan anak.

Penyandang yang mengalami tunagrahita umumnya punya kesulitan fungsi intelektual. Sebagai contoh, sulit berkomunikasi, belajar, hingga memecahkan masalah.

Sedangkan pada fungsi adaptif, penyandang mengalami kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari. Baik dalam komunikasi hingga sulit melakukan sesuatu secara mandiri. Kondisi ini bisa terjadi dalam tingkat yang ringan atau lebih parah.

Oleh sebab itu pembelajaran gerak bagi penyandang tuna grahita perlu dirancang khusus dengan pendekatan khusus salah satunya dengan model aktivitas bermain.

Namun aktivitas fisik bagi penyandang tunagrahita tidak dapat disamakan dengan penyandang lain, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penyandang berkebutuhan khusus tetap aman dan nyaman, serta bentuk-bentuk latihan yang mudah mereka lakukan dan mudah juga dipahami orang tua sebagai pendamping penyandang di rumah.

Oleh karena itu, Dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) melakukan kegiatan edukasi dengan menggunakan metode puzzle untuk dilakukan kepada penyandang Tuna Grahita.

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2021, diikuti oleh 27 peserta dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan.

“Kita Memberikan solusi bermain, yaitu menyusun puzzle angka 1-4 dengan lari bersambung. Dalam lari bersambung ini satu tim terdiri dari empat orang. Terapi bermain ini berupa bentuk permainan cooperative play dengan puzzle,” ucap Baharuddin selaku ketua tim.

Cooperative play adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dalam kelompok dimana dapat ditemui identitas kelompok dan kegiatan yang terorganisir antara pemimpin dan anggota kelompok.

“Dalam cooperative play disini, salah satu yang diterapkan adalah permainan yang dapat meningkatkan kreativitas dan merangsang kecerdasan anak, karena puzzle yang digunakan menggunakan warna-warna yang menarik,” lanjutnya.

Dalam terapi bermain cooperative play ini, permainan puzzle dilakukan secara berkelompok. Setiap anak saling berkomunikasi dan berinteraksi dalam menyusun puzzle.

“Peran tim ahli dalam terapi bermain ini sebagai fasilitator, mendukung, dan mendorong terjadinya proses interaksi anak saat dilakukan permainan, namun tetap dengan bantuan guru kelas dan guru Pendidikan jasmani yang setiap harinya berinteraksi dengan mereka,” lanjutnya.

Permainan puzzle yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan kemampuan interpersonal anak, sehingga diharapkan kemampuan sosialisasinya dapat meningkat.

Kegiatan ini sendiri merupakan program kemitraan masyarakat (PKM) dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNM.

Program ini diketuai oleh Drs. Baharuddin, M. Pd. dan anggota yang terdiri dari Poppy Elisano Arfanda, M. Pd. dan A. Ulfiana Fitri, M. Kes.

Redaksi
Redaksi Selasa, 26 Oktober 2021 04:10
Komentar