Logo Header

Media Sosial Penghancur Martabat

Redaksi
Redaksi Rabu, 24 November 2021 21:04
Ilustrasi seseorang bermain media sosial.
Ilustrasi seseorang bermain media sosial.

Media sosial adalah sebuah jaringan sosial dengan memanfaatkan jaringan internet.

Media sosial digunakan oleh para penggunanya sebagai ajang berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu (Wikipedia).

Jika kita telaah lebih lanjut, media sosial dapat digunakan sebagai media komunikasi serta sebagai wadah untuk mendapatkan informasi. Sehingga dapat kita artikan sebagai hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Di mana dengan media sosial pengguna dengan cepat memberi, menyebar serta mendapatkan informasi.

Menurut McGraw Hill Dictionary, media sosial adalah alat atau wadah yang digunakan oleh beberapa orang untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam hal menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual.

Sedangkan menurut Varinder Taprial dan Priya Kanwar, media sosial adalah media yang digunakan oleh individu agar menjadi dapat bersosialisasi, atau menjadi sosial dengan pemanfaatan jaringan serta dengan berbagi isi, berita, foto dan lain-lain dengan orang lain (Pakar Komunikasi, 2007).

Kedua definisi ini menjurus pada sebuah pengertian bahwa media sosial adalah wadah atau media yang digunakan oleh banyak orang untuk berinteraksi di dunia sosial dengan memanfaatkan jaringan internet dengan cara bertukar informasi atau saling berkomunikasi.

Selain sebagai wadah mendapatkan informasi, media sosial memang memiliki fungsi agar terjadinya komunikasi antarpersonal atau pun seseorang dengan banyak orang. Beberapa media sosial menyediakan fitur chat atau pengguna media sosial dapat memanfaatkan kolom komentar.

Pada akhir tahun 2020 Indonesia digemparkan dengan kasus video yang bersifat pornografi di media sosial. Artis dengan inisial GA sempat menjadi perbincangan sampai saat ini.

Hal ini terjadi karena perempuan beranak satu ini telah menjadi tersangka utama dalam kasus video viral tersebut. Wanita yang memiliki pembawaan baik di mata publik akhirnya terjerumus dalam kasus tidak senonoh.

Hal ini berdampak pada karir dan pendapat publik terhadap dirinya. Beberapa orang menghujat dengan kalimat tidak pantas yang memliki efek negatif bagi kehidupan dan tentu saja bisa berdampak pada psikologinya.

Setelah beredarnya video syur ini, GA diberi tamparan sadis dari netizen berupa komentar yang berisi hujatan di media sosial milik pribadinya.

Seperti pada postingan GA yang merayakan hari raya Cristmas dengan caption penuh motivasi di akun Instagram miliknya, ada segelintir orang yang mencoba mencibirnya.

“Ya ampun pake ayat segala ini? Kalau masih bikin video, mending jangan deh. Hanya saran loh takutnya nambah dosa” kata @denny_setyono2 (Akun Instagram @gisel_la, 2020).

Komentar ini juga disambung oleh @nat.fashionshop “benar banget. Bawa ayat lagi. Ayat dijadikan pembenaran diri karena telah berbuat zina” ( Akun Instagram @gisel_la, 2020).

Dari kedua komentar bersifat negatif itu, kita bisa mengerti bahwa media sosial memang berdampak pada kemudahan penggunanya dalam menyampaikan pendapat. Namun memudahkan beberapa orang juga untuk memberi komentar tanpa memperhatikan hukum, etika dan perasaan.

Komentar negatif netizen terhadap kasus ini seakan-akan melarang GA untuk bersikap positif terhadap apapun. Bahkan menjudge GA sebagai orang yang paling salah dan tidak perlu berbuat kebaikan.

Dalam kasus ini juga mengandung teori peluru atau jarum hipodemik. Yang mengatakan bahwa rakyat benar-benar rentan terhadap pesan-pesan komunikasi massa, apabila pesan “tepat sasaran”, ia akan mendapatkan efek yang diinginkan.

Model ini berasumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam mengubah sikap dan perilaku khalayak (Resa Eka Putri A, 2009).

Dimana media massa adalah sebuah jarum suntik yang menyuntikkan informasi bagi audience yang lemah dan tidak berdaya. Video ini viral di media sosial yang membuat beberapa penontonnya mengambil kesimpulan dan membuat perspektif yang agak menyimpang serta membuat penyerangan melalui komentar menghujat.

Netizen selama ini memiliki pendapat baik terhadap GA karena sikapnya terhadap masyarakat dan keluarganya yang cukup baik. Berita mengenai GA akibat video syur itu mengubah sudut pandang beberapa netizen.

Di sini dapat kita lihat bahwa media sosial dapat mempengaruhi pola pikir dan cara berpendapat penggunanya. Informasi yang disebar pada media sosial ini dapat kita umpamakan sebagai satu titik cairan berwarna yang gampang menyebar dan mempengaruhi air atau cairan disekitar.

Netizen seakan-akan merasa paling benar dan lebih tau tentang pribadi GA. Padahal hanya karena sebuah berita yang kebenaran belum sepenuhnya pasti.

Mereka semakin dipengaruhi dengan berbagai komentar yang bersifat memprovikasi sehingga ikut menghujat tanpa landasan fakta. Beberapa kalimat yang dilontarkan bahkan melanggar etika bermedia sosial.

 

Citizen Reporter: Reza Yuda Pratama (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar)

Redaksi
Redaksi Rabu, 24 November 2021 21:04
Komentar