Logo Header

Representasi Perempuan dan Standar Kecantikan

Redaksi
Redaksi Senin, 22 November 2021 21:55
Nur Auliyah Reski.
Nur Auliyah Reski.

Perempuan dan standard kecantikan berkulit putih, kurus, langsing dan tinggi. Stigma kolot yang membuat perempuan terjerembap di dalamnya.

Cantik? Bagaimana sih sebenarnya memaknai kata cantik itu? Apakah cantik hanya berbatas sekadar pada fisik saja? Kenapa harus ada penyamarataan di tengah keberagaman?

Kenapa juga perempuan sampai mau menghalalkan segala cara untuk mencapai penyamarataan atau standar kecantikan tersebut?

Tanpa bisa kita tolak, standard kecantikan selalu menjadi sesuatu yang menakutkan pada kedudukan jati diri dan menghancurkan sedikit demi sedikit rasa percaya diri yang ada pada perempuan.

Perempuan acap kali mengandalkan kepercayaan diri pada penampilan. Dalam artian, kepercayaan diri dalam jiwa seorang perempuan nyaris seratus persen berasal dari apa yang dikenakan dan keindahan fisiknya.

Perumpamaan yang cukup tepat untuk standard kecantikan perempuan di Indonesia layaknya seperti bihun.

Kenapa bihun? Karena bihun sudah putih, langsing, tinggi, bening, kurus dan juga mulus, sudah sangat cocok bukan untuk standard kecantikan yang hampir semua perempuan Indonesia ingini. Ucapan klise yang sudah tidak asing lagi dan sering terdengar dalam lingkar pergaulan.

Perempuan Indonesia menganggap cantik adalah dengan memiliki kulit cerah, mulus, putih, dan bersih. Parahnya dari standard kecantikan ini adalah pelabelan diri yang tercipta sehingga bisa melabeli sesama perempuan.

“Coba kalau kulitmu sedikit putih, pasti akan terlihat cantik”.

“Kamu terlalu gemuk untuk ukuran perempuan cantik, coba turunkan berat badanmu pasti akan banyak laki-laki yang tertarik sama kamu”.

“Andai tubuh kamu sedikit berisi kamu pasti sudah memiliki pacar”.

“Kulitmu terlalu kasar untuk ukuran perempuan cantik”.

Sungguh sarkas bukan. Seringkali ungkapan seperti itu muncul dalam pergaulan sesama kita perempuan. Mungkin bagi beberapa orang hanya menganggapnya sebagai hal yang biasa, tidak perlu dibawa perasaan.

Namun untuk sebagian orang hal tersebut cukup membuat sakit hati, tidak percaya diri dan secara tidak langsung hal tersebut mengarah ke arah body shaming terhadap seseorang yang bisa menyebabkan mental menjadi rusak (depresi).

Krisis kepercayaan diri juga tertekan adalah hal yang sering terjadi pada perempuan akibat adanya standard kecantikan yang ada di masyarakat.

Perempuan sulit bersosialisasi karena tidak percaya diri akan fisik wajahnya. Standar kecantikan membuat seseorang memiliki citra diri yang negatif sehingga menimbulkan masalah psikologis.

Berangkat dari hal ini, mencintai diri sendiri atau self-love sebenarnya sangat bisa berperan penting dalam upaya menghilangkan standard kecantikan untuk perempuan. Karena dengan mencintai diri sendiri sama halnya kita bisa menerima diri kita apa adanya.

Semua perempuan cantik dengan pembawaan dirinya masing-masing. Penyamarataan kecantikan ditengah keberagaman itu salah, apalagi dengan memberi standard untuk memenuhi kecantikan itu sendiri. Hati dan kepribadian yang baik, jauh lebih penting dari sekadar penampilan.

Pentingnya penghargaan terhadap diri sendiri yang tidak dinilai dari penampilan fisik semata. Cantik tidak harus berfokus pada standard umum yang sudah dijadikan stigma dikalangan perempuan. Perempuan bisa membuat standard cantiknya sendiri.

Semua perempuan memang berhak mempercantik dirinya dan memilih mengikuti standard kecantikan yang ada.

Karena memang semua perempuan berhak atas tubuhnya. Namun jangan sampai dengan adanya standard kecantikan ditengah keberagaman ini menjadikan perempuan harus sama dalam konteks kata “cantik”.

Cantik itu relatif, karena setiap pandangan orang berbeda-beda. Jangan memandang serta membandingkan kecantikanmu dengan perempuan lain, karena sudah dipastikan kamu akan selalu menemukan kekurangan.

Cintai apapun yang ada dirimu dan yang bukan menjadi kelebihanmu. Dengan begitu kebahagiaan dan syukur dengan apa yang dimiliki akan selalu menghampiri. Dan satu lagi, semua kita perempuan itu cantik. Cantik itu kita, perempuan.

 

Citizen Reporter: Nur Auliyah Reski (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar)

Redaksi
Redaksi Senin, 22 November 2021 21:55
Komentar